Menjaring Inisiasi Kerjasama, BBPSIP Melakukan Anjangsana ke BPP Wilayah VII Kabupaten Bogor
Identifikasi kebutuhan stakeholder penerapan standar merupakan salah satu komponen penting yang perlu dilakukan dalam menunjang keberhasilan penerapan Standardisasi Instrumen Pertanian (SIP). Dalam rangka menjaring inisiasi kerjasama penerapan SIP, Balai Besar Penerapan Standardisasi Instrumen Pertanian (BPPSIP) melakukan anjangsana ke BPP Willayah VII Kabupaten Bogor yang berlokasi di wilayah Gadog, Cisarua. BPP Willayah VII meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ciawi, Cisarua, dan Megamendung. Tim BSIP diterima oleh Kepala BPP Muhammad Casroni, S.ST dan PPL yang saat itu sedang berada di BPP.
Dalam penjelasannya, kepala BPP menyampaikan potensi komoditas pertanian, dukungan kelembagaan petani, serta jalinan kemitraan di beberapa desa binaan PPL yang sudah terjalin dengan baik dengan pihak swasta dan CSR BUMN. Salah satunya di wilayah Tugu sudah terjalin kemitraan petani kopi dengan Asosiasi Kopi Indonesia yang sudah berorientasi ekspor. Untuk komoditas hortikultura, di wilayah Gadog Megamendung, terdapat petani champion yang juga penyuluh pertanian swadaya, yang sudah menjalin kerjasama untuk memasok produk hortikultura ke salah satu jaringan restoran fast food. Sedangkan di cisarua, bahkan ada kelompok tani hortikultura yang sudah memiliki sertifikat sayur organik. Untuk mendukung kinerja pendampingan petani di BPP Wilayah III, Casroni menerapkan spesialisasi untuk setiap PPL nya sehingga dapat lebih fokus menangani kelompok tani sesuai fokus komoditas utamanya.
Saat ini di lokasi demplot juga sedang dilakukan uji coba penanaman edamame. Dalam menyiasati kekurangan tenaga penyuluh, BPP bekerjasama dengan penyuluh pertanian swadaya (PPS) setempat. BPP juga rutin melakukan pertemuan dan pembinaan PPS nya serta melakukan identifikasi spesialisasi komoditas bagi PPS binaannya sehingga meudahkan BPP jika sewaktu-waktu dibutuhkan atau ada peluang kerjasama pengembangan komoditas. Terdapat 18 PPS yang masing-masing memiliki spesialisasi komoditas yang ditangani. Salah satunya adalah gapoktan yang diketuai oleh H. Dede, fokus pada produksi paprika dalam greenhouse. Ada lagi PPS yang fokus pada produksi wortel, tomat, atau juga ternak.
Di akhir diskusi, Casroni mengangkat isu pentingnya kemampuan penyuluh (baik PPL dan PPS) dalam menggunakan media sosial sebagai sarana promosi dalam aktivitas penyuluhan. Walaupun beberapa PPL ada yang sudah mulai menggunakan media sosial sebagai sarana berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, namun dirasa teknik pengemasan media masih sederhana dan belum maksimal dalam mengangkat potensi wilayah binaan. Kepala BPP mengharapkan adanya dukungan dari BPPSIP untuk peningkatan kapasitas penyuluh setempat dalam mengemas informasi penyuluhan melalui media sosial baik itu facebook, Instagram, maupun podcast. Casroni juga mengharapkan adanya pelatihan bagi PPL terkait dengan kiat praktis melakukan evaluasi aktivitas penyuluhan yang terkait dengan kegiatan PPL dilapangan. (ESW)